Saat ini jam menunjukkan pukul 15:16, waktu Indonesia bagian Ciledug Raya, haha. Jakarta sedang dirundung mendung. Malem minggu, hujan, bisa ditebak lah ujung-ujungnya…macet. Untung gw bukan anak gaul, yang menganggap pergi ke mall adalah suatu kebutuhan primer. Lebih baik gw diem di kosan. Tapi bukan berarti gw anti mall loh. Gw sebenernya kangen untuk pergi ke mall untuk belanja sama nyokap gw. Mom, wherever you are right now, i miss you badly.
Sejak gw pindah ke Jakarta, gw semacam membuat komitmen ke diri sendiri untuk pulang ke Bandung hanya sebulan sekali. Gw ingin beradaptasi dengan lingkungan disini. Gw ingin menjelajahi kota ini, syukur-syukur kalau ada teman yang bisa diajak ikut serta, tapi kalau sendirian pun ga masalah. Gw kedepannya ingin berbuat sesuatu disini, ingin menghasilkan sesuatu dari hobi gw, juga ingin gabung dengan suatu komunitas. Gw haus akan pengalaman baru dan gw harus mendapatkannya, lebih dari hanya sekedar bekerja di kantor.
Karena ga dipungkiri rasa bosan perlahan mulai perlahan merasuki gw. Gw akui, sampai saat ini selama gw di Jakarta gw masih belum menggunakan waktu dengan baik dan hanya terfokus bekerja di kantor. Segala rencana yang ingin gw lakukan disini masih berbentuk wacana. Bisa dibayangkan, gw masuk pukul 07.30, pulang pukul 16.00. Sebagian besar waktu gw dihabiskan dengan “mengintip” mikroskop untuk mendeterminasi fosil, membaca literatur, terkadang juga membantu pekerjaan senior. Ketika kejenuhan melanda, paling-paling gw browsing atau streaming sesuatu via internet. Ketika pulang ke kosan, gw biasanya beres-beres dulu sebentar, mandi, lalu tidur. Kalau kebangun tengah malam palingan chatting sama teman. Besoknya gw menjalani rutinitas yang sama, dengan sedikit perasaan menyesal kenapa sepanjang malam sebelumnya gw habiskan dengan tidur dan tidur.
Bagi gw, ada kenikmatan sendiri dalam tidur. Dan bahkan bagi gw tidur lebih penting daripada makan. Namun ternyata tidur hanya bisa melepas lelah dan tidak melepas penat. Bahayanya, kepenatan ini sesungguhnya berpengaruh pada kinerja gw di kantor. Seharusnya setiap malam gw sempatkan untuk menjalani hobi yang sudah lama tidak gw lakukan atau belajar sesuatu. Dan kalau perlu, gw jalan keluar dari dunia Ciledug Raya supaya ga “kuper”. Hmmm…baiklah, mulai hari ini akan gw usahakan untuk melakukan sesuatu selain tidur. Beneran deh, tidur ketika pulang kerja dan ketika weekend itu godaan yang besar buat gw, butuh usaha yang lumayan untuk melakukan hal yang produktif dan pergi ke tempat baru. Sebenenya gw suka banget untuk melakukannya, cuman untuk memulainya itu loh…hhe. Ayo bergerak, pemalas!
Ketika rasa jenuh datang ketika di kantor, gw suka teringat Geodin. Kerja di Lemigas itu asik kok. Lingkungan disini hijau, teduh dan sepi, tempat yang enak untuk belajar, seniornya ramah-ramah dan terbuka untuk ditanya-tanya, banyak makanan, dll. Hanya saja ada beberapa hal yang gw rindu dari Geodin dan tidak bisa gw dapatkan disini.
Difoto sama Ramade waktu tidur di jam kerja, hehe
Gw kangen sama anak-anak. Biasanya kita sempetin buat nonton film di Ciwalk seenggaknya sebulan sekali. Kayanya ga ada hari yang terlewat tanpa tertawa, setiap makhluk yang ada di Geodin gila-gila, apalagi para penghuni The Green Ciumbuluit kav. 14. Biar dikata santai, tapi anak-anaknya serius kalau nyelesein kerjaan. Gw kangen berdiskusi tentang geologi bersama anak Geodin yang cerdas-cerdas. Gw kangen begadang bareng, dimana kita sampe di suatu titik “jam bodoh”, yaitu waktu yang sebenarnya otak udah gabisa mikir tapi dipaksa untuk berpikir, maka disitu kita stress bareng dengan ketawa-ketawa kaya orang teler atau terdiam seribu bahasa dalam ketegangan menunggu detik-detik menuju rapat bersama klien. Gw kangen juga dengan lingkungan rumah Ciumbuluit yang segar, bersih dan asri, serta masakan Bu Diman yang enak banget! Gw kangen saat-saat dimana kalau salah satu anak Geodin berulang tahun atau syukuran pindah kerjaan biasanya mentraktir pizza, seperti sudah menjadi suatu budaya disana. Gw kangen Vian dan Ramade yang gw anggep kakak sendiri, yang suka nganterin gw kemana-mana, gw dulu sering main dan curhat sama mereka. Gw kangen sama Pak Mino, yang mempresentasikan hasil project di hadapan klien dengan kharisma kecerdasannya yang luar biasa dan mengajarkan kami untuk terpacu dalam standar kerja yang tinggi, dan tentu saja—rindu dengan logika geologinya yang luar biasa, nampaknya masalah geologi apa saja bisa dijawab oleh beliau.
Para penghuni Geodin Ciumbuluit (1)
Para pernghuni Geodin Ciumbuluit (2)
Para penghuni Geodin yang tersisa, terakhir sebelum gw pergi
Ramade (kiri), gue (tengah), dan Vian (kanan). How I miss you both guys!
Hanya di Geodin traktiran pizza bisa sampai setinggi ini!
Bagi gw, Geodin tidak terganti dan selalu ada di hati. Terimakasih Pak Mino, kalau bapak memberi kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu dan pengalaman kerja disana, sebagai batu loncatan bagi saya untuk berkarir sebagai geologist, padahal waktu itu saya adalah seorang fresh graduate dengan pengalaman nol. Terimakasih untuk kepercayaannya, Pak.Tuhan membalas kebaikanmu berlipat ganda. Amin.
Pemandangan Jeep Wrangler merah milik Pak Mino dari jendela lantai 1 rumah Ciumbuluit, tanda kedatangan bapak. Kangen dengan paniknya kami ketika bapak sudah datang untuk memimpin rapat internal, hehe
Cukup nostalgianya. Sekarang gw harus memikirkan bagaimana caranya gw melakukan yang terbaik di pekerjaan gw, bagaimana caranya gw bertahan hidup di tengah kerasnya jakarta, bagaimana caranya menjalani rutinitas yang rawan akan kejenuhan setiap harinya. I have to do something productive everyday in my new place, I want to challenge myself!
See you at the next post and have a nice weekend everybody 🙂